Diare pada Anak, Penyebab dan Mengatasinya
Artikel KM Dilihat: 51552
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang (umumnya anak) buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari.
Diare merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme meliputi bakteri, virus, parasit, protozoa, dan penularannya secara fekal-oral. Diare dapat mengenai semua kelompok umur dan berbagai golongan sosial, baik di negara maju maupun di negara berkembang, dan erat hubungannya dengan kemiskinan. kumuh, serta lingkungan yang tidak higienis. Kejiadian Diare mendorong tubuh terdampak dehidrasi, sehingga tubuh kekurangan cairan; serta terbawa keluarnya mineral zinc yang penting untuk sistem kekebalan tubuh.
Setiap tahun diperkirakan 2,5 miliar kejadian diare pada anak balita, dan hampir tidak ada perubahan dalam dua dekade tera-khir. Diare pada balita tersebut lebih dari separohnya terjadi di Afrika dan Asia Selatan, dapat mengakibatkan kematian atau keadaan berat lainnya. Insidens diare bervariasi menurut musim dan umur. Anak-anak adalah kelompok usia rentan terhadap diare, insiden diare tertinggi pada kelompok anak usia dibawah dua tahun, dan menurun dengan bertambahnya usia anak.
Jenis Diare ada dua, yaitu :
- Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.
- Diare persisten atau diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.
Gejala
Diare ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah. Diare paling sering dijumpai pada anak balita, terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, dimana seorang anak bisa mengalami 1-3 episode diare berat.
- Frekuensi sering buang air besar
- Dehidrasi (ringan, sedang, berat)
Penyebab
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan besar yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau infestasi parasit), malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya. Penyebab yang sering ditemukan di lapangan ataupun secara klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan.
Faktor-faktor yang dapat memengaruhi kejadian diare pada anak yaitu :
- Faktor lingkungan; Faktor lingkungan yang dominan dalam penyebaran diare pada anak yaitu pembuangan tinja dan air minum karena berkaitan dengan penyebaran penyakit diare, yang merupakan penyakit menular berbasis lingkungan.
- Faktor sosiodemografi, Faktor sosiodemografi yang berpengaruh terhadap kejadian diare pada anak yaitu tingkat pendidikan dan pekerjaan orangtua, serta umur anak. Pendidikan seseorang yang tinggi memudahkan orang tersebut dalam penerimaan informasi. Tingkat pendapatan berkaitan dengan fasilitas kesehatan yang dimiliki.
Faktor sosiodemografi yang lain yaitu umur, semakin muda usia anak, semakin tinggi kecenderungan terserang diare karena daya tahan tubuh yang rendah. - Faktor perilaku; Faktor perilaku yang dapat mencegah penyebaran kuman enterik dan menurunkan risiko diare yaitu pemberian ASI eksklusif, kebiasaan mencuci tangan, mencuci buah dan sayur sebelum di konsumsi, perihal kebersihan.
Pencegahan
Karena Diare merupakan penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme akibat sanitasi lingkungan yang kurang baik; untuk pencegahannya dapat dilakukan dengan memperbaiki perilaku dan sanitasi lingkungan. Oleh karenanya dengan implementasi konsep Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta pilar pilar dalam Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM); maka diharapkan Diare dapat dicegah dengan baik.
1. Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai 2 tahun.
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 6 bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini.
ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula atau cairan lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan dapat terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan seperti ini di sebut disusui secara penuh (memberikan ASI Eksklusif).
2. Memberikan makanan pendamping ASI sesuai umur.
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Perilaku pemberian makanan pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa, dan bagaimana makanan pendamping ASI diberikan.
3. Memberikan minum air yang sudah direbus dan menggunakan air bersih yang cukup.
Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai risiko menderita diare lebih kecil dibanding dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih. Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah.
4. Mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum makan dan sesudah buang air besar.
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare ( Menurunkan angka kejadian diare sebesar 47%).
5. Buang air besar di jamban.
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban.
6. Membuang tinja bayi dengan benar.
Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara benar.
7. Memberikan imunisasi campak.
Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting untuk mencegah agar bayi tidak terkena penyakit campak. Anak yang sakit campak sering disertai diare, sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu berilah imunisasi campak segera setelah bayi berumur 9 bulan.
Cara Mengatasi Diare
Tenaga Kesehatan; yang ada di garda paling depan di masyarakat seperti perawat dan bidan telah dibekali program Lintas Diare (Lima langkah tuntaskan diare) oleh Kenterian Kesehatan. Kebijakan pengendalian penyakit diare tersebut di Indonesia bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian karena diare bersama lintas program dan lintas sektor terkait.
Berikut adalah penjelasan tentang Lintas Diare (point 1, 3 dan 5; dapat dilaksanakan oleh kita; masyarakat), kemudian sisanya membawa anak segera ke faskes; sbb :
- Oralit, berikan segera bila anak diare, untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi.
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus. - ZINC diberikan selama 10 hari berturut-turut, mengurangi lama dan beratnya diare, mencegah berulangnya diare selama 2-3 bulan. ZINC juga dapat mengembalikan nafsu makan anak.
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare. - ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat, untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti nutrisi yang hilang.
- Antibiotik hanya diberikan pada diare berdarah, kolera dan diare dengan masalah lain.
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera.
Obat-obatan Anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak di anjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping yang bebahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia). - Segera kembali ke petugas kesehatan jika ada demam, tinja berdarah, muntah berulang, makan atau minum sedikit, sangat haus diare makin sering atau belum membaik dalam 3 hari.
Nasihat untuk Ibu; Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat tentang :
- Cara memberikan cairan dan obat di rumah
- Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila : Diare lebih sering, Muntah berulang, Sangat haus, Makan/minum sedikit, Timbul demam, Tinja berdarah, Tidak membaik dalam 3 hari.
Referensi :
- Buletin Pusdatin; Diare; Kementerian Kesehatan RI.
- Buku Saku Petugas Kesehatan; Lintas Diare; Dept Kesehatan RI.
- Nurul Utami & Nabila Luthfiana; Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian Diare pada Anak
Baca Juga :