Stress, Gejala dan Pengaruh Buruk bagi Kesehatan
Artikel KM Dilihat: 33418
Pada saat stress muncul akibat menghadapi kehidupan sehari hari; kondisi macet dijalanan, tekanan kebutuhan ekonomi, pekerjaan yang menuntut pkiran dan tenaga lebih, anggota keluarga sakit, dll. Maka kemudian Hipotalamus; sebuah menara kontrol kecil didalam otak, akan memutuskan mengirimkan pesan untuk mendistribusikan hormon stres.
Stres adalah reaksi fisik dan mental alamiah untuk menghadapi aktifitas kehidupan sehari hari, dan untuk situasi langsung jangka pendek, stres akan bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Hal ini dapat membantu tubuh untuk mengatasi situasi yang berpotensi serius; infeksi, luka, cedera, dll. Tubuh merespons stres dengan melepaskan hormon yang dapat meningkatkan detak jantung dan pernapasan serta menyiagakan otot-otot untuk merespons sesuatu.
Namun jika respons stres tidak berhenti dan tidak berujung dengan pelepasan yang memadai, dan tingkat stres ini tetap berlanjut jauh lebih lama dari waktu yang seharusnya, maka dapat menurunkan kondisi kesehatan. Stres yang berlanjut dan menjadi kronis dapat menyebabkan berbagai gejala dan memengaruhi kesehatan secara keseluruhan.
Beberapa gejala stres kronis; yang mungkin timbul; adalah :
- sifat mudah marah
- kegelisahan dan kecemasan
- depresi
- sakit kepala tanpa sebab
- sulit tidur
Stres yang berkelanjutan dan terus menerus dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan; antara lain :
1. Sistem saraf dan endokrin pusat
Sistem saraf pusat (CNS; Central Nervous System) yang mencakup otak dan sumsum tulang belakang bertanggung jawab atas respons stress. Hipotalamus membuat pesan, memberi tahu kelenjar adrenalin untuk melepaskan hormon stres adrenalin dan kortisol. Hormon-hormon ini akan meningkatkan detak jantung dan mengirim darah mengalir ke daerah-daerah yang paling membutuhkan dalam keadaan darurat, seperti otot, jantung, dan organ penting lainnya.
Ketika stress yang dirasakan hilang, hipotalamus harus memberi tahu semua sistem untuk kembali normal. Jika SSP (Sistem Saraf Pusat) gagal untuk kembali normal, atau jika pemicu stres tidak hilang dan menjadi berkelanjutan, maka respons akan terus berlanjut. Maka hal ini akan memicu terjadinya Stres kronis; yang menjadi faktor timbulnya gejala perilaku seperti makan berlebihan atau kurang makan, penyalahgunaan alkohol atau narkoba, dan penarikan sosial; dll.
2. Sistem Pernapasan dan Kardiovaskular
Hormon stres akan mempengaruhi sistem pernapasan dan kardiovaskular, pernapasan akan menjadi lebih cepat dalam upaya untuk untuk lebih cepat mendistribusikan oksigen ke seluruh tubuh. Jika sebelumnya telah memiliki masalah pernapasan seperti asma atau penyakir paru; dll., maka stres dapat menggangu dan akan mengalami kesulitan bernapas.
Akibat stres, jantung juga memompa lebih cepat, hormon stres menyebabkan pembuluh darah mengkerut dan mengalihkan lebih banyak oksigen ke otot, sehingga tekanan dara akan semakin naik. Stres yang sering dan berkelanjutan kemudian menjadi kronis akan membuat jantung bekerja terlalu keras dalam jangka waktu lebih lama. Akibatnya tekanan darah naik, dan kondisi ini dapat meningkatkan risiko mengalami stroke atau serangan jantung.
3. Sistem kendali Gula Darah
Di bawah tekanan stress, hati akan menghasilkan gula darah tambahan (glukosa) dengan tujuan memberikan tambahan energi. Jika Stress berlanjut, terus menerus dan menjadi kronis, dapat meningkatkan risiko tubuh tidak dapat menanggulangi lonjakan gula darah tambahan tersebut. Stres kronis akhirnya dapat meningkatkan risiko tubuh terkena penyakit Diabetes; diabetes tipe 2.
4. Sistem Pencernaan
Aliran hormon, pernapasan yang cepat, dan peningkatan denyut jantung dapat mengganggu sistem pencernaan. Maka gejala yang muncul mungkin mengalami mulas atau refluks asam akibat peningkatan asam lambung. Stres juga dapat mempengaruhi pola dan cara makanan bergerak melalui tubuh, yang kemudian menyebabkan diare atau sembelit. Stress bekelanjutan juga dapat menimbulkan gejala mual, muntah, atau sakit perut.
5. Sistem Muskeletal (Otot)
Otot-otot akan menjadi tegang karena bersiap siaga untuk melindungi diri dari cedera ketika mengalami stres. Otot cenderung melemas lagi setelah rileks, tetapi jika Stress berlanjut dan terus-menerus dan kondisi seolah olah selalu di bawah tekanan, maka kemungkinan otot tidak mendapatkan kesempatan untuk rileks. Otot-otot yang tegang tersebut dapat menyebabkan sakit kepala, sakit punggung dan bahu, dan seluruh tubuh akan terasa sakit. Kondisi ini akan makin parah, jika tidak diimbangi dengan aktifitas fisik.
6. Sistem Reproduksi
Stres yang terus menerus akan berakibat melelahkan bagi tubuh dan pikiran, dalam jangka pendek Stress dapat menyebabkan pria memproduksi lebih banyak hormon testosteron, efek ini tidak bertahan lama. Jika Stress berlanjut maka hormon dan terus menerus hormon testosteron pria akam menurun. Kondisi dapat mengganggu produksi sperma dan menyebabkan disfungsi ereksi yang berujung pada impotensi. Stres yang tidak dikelola dan terus menerus kemudian menjadi kronis, dapat meningkatkan risiko infeksi pada organ reproduksi pria seperti prostat dan testis.
Sedangkan bagi wanita, stres yang terakumulasi dapat memengaruhi siklus menstruasi, hal ini dapat menyebabkan periode menstruasi yang tidak teratur, lebih berat, atau lebih menyakitkan. Stress berlanjut dan menjadi kronis dapat meningkatkan risiko menopause yang lebih cepat dari semestinya.
7. Sistem Kekebalan Tubuh
Stres dapat merangsang sistem kekebalan tubuh, dengan tujuan bersiap siaga untuk menghadapi situasi langsung. Stimulasi ini bertujuan untuk membantu menghindari infeksi dan menyembuhkan luka. Namun jika stress berlanjut dan terus menerus, hormon stres akan berperan melemahkan sistem kekebalan tubuh dan mengurangi respons tubuh terhadap masuknya mikroorganisme atau bakteri dalam tubuh. Seseorang dalam kondisi di bawah tekanan stress kronis akan lebih rentan terhadap penyakit virus seperti flu dan pilek, termasuk COVID-19, serta infeksi lainnya. Stres juga dapat memperpanjang waktu pemulihan dari sakit atau cedera; dari periode waktu yang semestinya.
Berdasarkan flyer dari Kementerian Kesehatan RI; Jika stress dibiarkan dapat menumpuk dan menimbulkan gejala sbb :
- Sulit tidur
- Sulit Konsentrasi
- Napsu makan berkurang atau makan berlebih.
- Gelisah, muka pucat, jantung berdebar debar.
- Mudah tersinggung
- Ada keluhan, sperti saki kepala, sakit perut, sakit maag, keringan berlebih.
Walaupun kita terbiasa terhadap tingkat stress yang tinggi, buka berarti kita bisa menghadapi stress tersebut. Setiap orang memilki batas kritis dalam menghadapi suatu stress. Batas kritis tiap orang berbeda dari waktu ke waktu, tergantung pada keadaan sehat kita, keluarga, kehidupan, tuntutan pekerjaan, dan lain sebagainya. Stess yang menumpuk dapat menimbulkan gangguan kesehatan fisik maupun jiwa.
Berikut adalah : Tips Pengelolaan Stress untuk menjaga Kesehatan
Referensi :
Flyer Kemenkes RI; Gejala Stress
Baca Juga :